My Birthday
Jumat, 03 April 2020
Minggu, 29 Januari 2017
Tugas kuliah prof Poppy
Kompetensi guru
Kompetensi guru ada 4 : 1)paedagogik 2) sosial 3)kepribadian 4) Profesional
4 Kompetensi Guru Profesional
Kompetensi Guru Profesional - Guru adalah salah satu unsur penting yang harus ada sesudah siswa. Apabila seorang guru tidak punya sikap profesional maka murid yang di didik akan sulit untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini karena guru adalah salah satu tumpuan bagi negara dalam hal pendidikan. Dengan adanya guru yang profesional dan berkualitas maka akan mampu mencetak anak bangsa yang berkualitas pula. Kunci yang harus dimiliki oleh setiap pengajar adalah kompetensi. Kompetensi adalah seperangkat ilmu serta ketrampilan mengajar guru di dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai seorang guru sehingga tujuan dari pendidikan bisa dicapai dengan baik.
Sementara itu, standard kompetensi yang tertuang ada dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional mengenai standar kualifikasi akademik serta kompetensi guru dimana peraturan tersebut menyebutkan bahwa guru profesional harus memiliki 4 kompetensi guru profesional yaitu kompetensi
pedagogik dan kompetensi kepribadian, profesional serta kompetensi sosial.
Dari 4 kompetensi guru profesional tersebut harus dimiliki oleh seorang guru melalui pendidikan profesi selama satu tahun.
Berikut ini adalah penjelasannya 4 kompetensi guru profesional:
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi ini menyangkut kemampuan seorang guru dalam memahami karakteristik atau kemampuan yang dimiliki oleh murid melalui berbagai cara. Cara yang utama yaitu dengan memahami murid melalui perkembangan kognitif murid, merancang pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi hasil belajar sekaligus pengembangan murid.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian ini adalah salah satu kemampuan personal yang harus dimiliki oleh guru profesional dengan cara mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri, bersikap bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa serta mempunyai akhlak mulia untuk menjadi sauri teladan yang baik.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah salah satu unsur yang harus dimiliki oleh guru yaitu dengan cara menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik melalui cara yang baik dalam berkomunikasi dengan murid dan seluruh tenaga kependidikan atau juga dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
2. Jawaban
Aplikasi dilapangan tentang kompetensi paedagogik
memahami karakter siswa
Memahami perkembangan kepribadian siswa
Merancang pembelajaran inovatif untuk peserta didik
Menyusun dan membuat perangkat pembelajaran
Memeriksa hasil belajar siswa
Memberikan remedial kepada siswa yg belum mampu dan memberi pengayaan kepada siswa yg sudah mampu
Aplikasi dilapangan tentang kompetensi kepribadian
Memberikan contoh teladan kepada siswa serti misalnya datang tidak terlambat ke sekolah bersikap adil terhadap siswa
Berwibawa
Cara berpakaian
Aplikasi dilapangan tentang kompetensi profesional
mengikuti pelatihan /workshop / Seminar
Aktif dalam kegiatan MGMP baik sekolah atau pun daerah setempat
Belajar secara online menggunakan aplikasi yang sedang banyak di gunakan seperti edmodo, Quiper , mempelajari modul guru
Menjadi pembimbing siswa dalam setiap kegiatan olimpiade , KIR dll
Aplikasi dilapangan tentang kompetensi Sosial
Mempunyai komunikasi yang baik kepada siswa atau kepada guru teman sejawat kepada pimpinan dll
Berperan aktif dalam kegiatan masyarakat seperti menjadi ketua RT / RW atau pemimpin masyarakat .
Menjalin komnikasi dengan baik dengan orang tua siswa mengenai perkembangan anak nya .
3) Jawaban upaya meningkatkan ke empat kompetensi GURU
Kompetensi paedagogik
Banyak mengkaji / Belajar menganai berbagai teori pendidikan / psykologi anak perkembanagan anak didik
Mau belajar tentang media pembelajaran yang terbaru dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang semakin canggih
Kompetensi Kepribadian
mengikuti pengajian rutin di sekolah
Kompetensi professional
Mau belajar secara mendalam mengnai materi pembelajaran
Berdiskusi dengan rekan sejawat
Melakukan peer teaching
Mengikuti bernbagai pelatihan baik yang diselenggarakan oleh sekolah , dinas maupun umum
Kompetensi Sosial
Berperan aktif dalam organisasi masyarakat
Berperan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler sebagai pembina atau berperan aktif dalam kepanitaan
4) Jawaban
Yang paling sulit di lakukan dan di kembangkan adalah kompetensi kepribadian dan sosial
alasan : kompetensi kepribadian guru tercermin dari kebiasaan guru tersebut dalam memberikan teladan atau contoh yang baik terhadap lingkungan sekitar
Untuk mengubah kebiasaan yang sehari hari bahkan bertahun tahun dilakukan guru tampak nya agak slit utuk di rubah tanpa di paksakan.
Pada umumnya setiap pelatihan yang dilaksanakan oleh instansi pendidikan selalu mefokuskan terhadap konten( materi) , kurikulum, dan perangkat penbelajaran.
Sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat .
Image guru dimata masyarakat terkadang tidak mencerminkan kompeteni sosial banyak i media masa seperti misalnya kejadian guru menindak siswa atau sebaliknya .
Pada umumnya Disaat guru menyampaikan permasalahan kepada orang tua tentang anak nya / siswa terkadang orang tua banyak yang memutar balikan fakta yang akhirnya guru yang dipersalahkan .
5) Jawaban no 5
Kompetensi yang ingin di kembangkan saat ini adalah kompetensi paedagogik dan Proffesional
Alasan:
Seseuai dengan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru di indonesia yaitu program guru pembelajar yang di harapkan setiap guru dapat meningkatkan potensi dirinya
Tugas Kuliah prof Rully
PROPOSAL
TESIS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EKSPLAINING MELALUI KEGIATAN PRESENTASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PADA SISWA SMP
Lilis Kartika
NPM : 158060006
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016
JUDUL
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EKSPLAINING MELALUI KEGIATAN PRESENTASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PADA SISWA SMP
II PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model pembelajaran student facilitator end explaining pada pembelajaran himpunan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa
IV. PERUMUSAN MASALAH
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka timbul beberapa permasalahan yaitu :
1. Rendah nya minat dan kualitas belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika sehingga rendah pula daya pemahaman nya terhadap konsep konsep dan penguasaan materi pelajaran matematika akibatnya menganggap matematika sulit
2. Ketidakmampuan siswa menghubungkan apa yang di pelajari dan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan sehari hari.
3. Rendahnya kemapuan komunikasi matematika siswa ang dapat menghambat pemahaman dan penguasaan penyampaian konsep dan materi pembelajaran matematika
4. Kurang nya variasi dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga guru monoton dalam mengajar
5. Guru sering menjadi sentral utama dalam proses pembelajaran dan mendominasi aktivitas mengajar siswa kurang diberi kesempatan mengemukan ide.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini hanya akan membahas masalah upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajran student facilitator end explaining. Dalam penelitian ini indikator meningkatnya keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran selama dikenai tindakan dan meningkatnya prestasi belajar siswa dilihat dari hasil tes siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
Apakah Penggunaan MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EKSPLAINING MELALUI KEGIATAN PRESENTASI DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PADA SISWA KELAS 7 SMP NEGERI 42 BANDUNG
2. Apakah Penerapan MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EKSPLAINING MELALUI KEGIATAN PRESENTASI DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PADA SISWA KELAS 7 SMP NEGERI 42 BANDUNG
V. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:
Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep belajar siswa pada materi himpunan di kelas 7-7 SMP NEGERI 42 Bandung melalui kegiatan presentasi dan penerapan model pembelajaran student facilitator and eksplaining
2. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa pada materi himpunan di kelas 7 SMP NEGERI 42 Bandung melalui kegiatan presentasi penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Eksplaining.
VI. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran student explaining presentasi dengan tujuan agar dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika dan berfikir kritis
2. Bagi Siswa
Sebagai wahana baru dalam proses meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan berfikir kritis dalam
pembelajaran matematika.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan pengetahuan tentang penelitian dalam pembelajaran matematika.
VII. KAJIAN PUSTAKA
Deskripsi Teori
1. Pengertian Belajar
Menurut Hintzman belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia (Muhibbin Syah, 2005:90). Kegiatan belajar merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Jadi perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi prilaku dalam kehidupan sehari-hari sampai batas tertentu.
Menurut Oemar Hamalik (2003:50) terdapat unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar diantaranya: 1) motivasi siswa, 2) bahan belajar, 3) alat bantu belajar, 4) suasana belajar, 5) kondisi subjek yang belajar. Kelima unsur inilah yang bersifat dinamis yang sering berubah, menguat atau melemah dan mempengaruhi proses belajar siswa. Proses belajar pada hakekatnya merupakan perubahan dalam tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu yang berulang-ulang berdasarkan keadaan seseorang.
Menurut peneliti perbuatan belajar adalah suatu perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru yang mempengaruhi tingkah laku siswa dalam situasi tertentu yang berulang-ulang. Setiap perbuatan belajar mengandung beberapa unsur yang bersifat dinamis (berubah-ubah) dalam arti dapat menjadi lebih kuat atau melemah. Kedinamisan ini dipengaruhi oleh kondisi yang ada dalam diri siswa dan yang ada diluar diri siswa yang tentu pula ada pengaruhnya terhadap kegiatan belajar siswa.
2. Arti Model Pembelajaran
diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
Ciri-ciri Model Pembelajaran
Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah :
Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
Tingkah laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat dilaksanakandengan berhasil.
Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
ada lima model pemblajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi; dan learning strategi.
Memilih Model Pembelajaran Yang Baik
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajara dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.
Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
Pendapat serupa dikemukakan oleh Colin Marsh (1996 : 10) yang menyatakan bahwa guru harus memiliki kompetensi mengajar, memotivasi peserta didik, membuat model instruksional, mengelola kelas, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasi. Semua kompetensi tersebut mendukung keberhasilan guru dalam mengajar.
Setiap guru harus memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang menyangkut perbaikan kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar peserta didiknya.
3. Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran pada siswa yang berkelompok di depan kelas.
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Siswa yang di beri tugas materi perkelompok yang menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining:
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
2. Banyak siswa yang kurang aktif
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkap apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan maka siswa akan lebih bisa mengerti dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide, selain itu juga dapat mengajak peserta didik mandiri dalam mengembangkan potensi mengungkapkan gagasan berpendapat.
4. Kegiatan Presentasi
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin atau salah satu bentuk komunikasi. Presentasi merupakan kegiatan pengajuan suatu topik, pendapat atau informasi kepada orang lain. Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan acara politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis.
Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk (biasanya dibawakan oleh wiraniaga), untuk memberi informasi (biasanya oleh seorang pakar), atau untuk meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin membantah pendapat tertentu).
Agar bisa pandai berpresentasi, orang sering kali belajar pada para pakar presentasi. Juga, ada banyak pembicara terkenal yang sering kali diamati oleh orang-orang yang ingin pandai berbicara di hadapan umum. Para pembicara terkenal di Indonesia antara lain KH Abdullah Gymnastiar, Ary Ginanjar Agustian, Andrie Wongso, dan masih banyak lagi.
Keahlian berbicara di hadapan hadirin merupakan hal yang sangat penting bagi siapa pun yang ingin maju. Banyak presiden, manajer, wiraniaga, dan pengajar yang menjadi sukses dan terkenal lewat keahlian berpresentasi.
Berlatih presentasi itu penting bagi para siswa sekolah. Karena di jenjang perguruan tinggi untuk mendapat gelar sarjana, mahasiswa harus presentasi dalam sidang skripsi disamping tugas-tugas mata kuliah yang harus dipresentasikan. Begitu juga ketika ingin memperoleh gelar magister atau doktor bahkan professor. Sepandai-pandainya peneliti jika tak mampu mempresentasikan hasil penelitiannya maka akan berkurang kebermanfaatannya. Sepandai-pandainya dosen atau guru namun tak mampu mempresentasikan kepandaiannya dihadapan para penuntut ilmu apalah gunanya kepandaian anda. Tugas presentasi jangan sampai menjadi beban bagi para siswa. Membuang-buang waktu peserta didik namun minim substansi ilmu pengetahuan. Membuang jam pelajaran namun dengan daya serap kognitif yang sangat minim. Usai presentasi siswa tak dapat ilmu lebih banyak ketimbang diajar guru dengan menggunakan metode ceramah. Siswa juga terkadang tak tahu bahwa presentasi adalah momentum untuk belajar menyampaikan informasi di depan umum. Mereka lebih beranggapan presentasi adalah sarana untuk mempermalukan diri mereka karena mereka tak tahu detail apa yang mereka bicarakan. Generasi seperti ini nantinya kalau kuliah sidang skripsinya tak akan optimal, ilmunya tak akan meresap ke sanubari, kelak jika menjadi guru atau dosen juga tak pandai mengajar dan tak memberikan sumbangsih berharga bagi dunia ilmu pengetahuan. Apalagi di negeri ini gelar akademik terkadang lebih dihargai ketimbang kualitas diri, tambah rusak saja ranah pembelajaran dan distribusi ilmu pengetahuan. Mengarahkan siswa agar mampu menyajikan informasi secara tepat melalui sebuah presentasi tentunya menjadi tanggung jawab seorang guru. Karena bisa jadi kemampuan presentasi yang kita asah pada diri peserta didik kita suatu saat akan mendulang manfaat yang besar bagi diri siswa itu sendiri, bagi karirnya, jenjang pendidikannya, bahkan kehidupannya dimasa yang akan datang. Oleh karena itu memberikan tugas presentasi kepada siswa bukan hanya sekedar selingan pembelajaran namun harus menjadi sebuah strategi yang telah direncanakan secara sistematis dan berkesinambungan. Siswa harus mulai belajar presentasi dari yang sederhana secara bertahap hingga hal yang kompleks. Dan yang terpenting, memberikan tugas presentasi harus disertai materi pengantar yang jelas, sistematika yang terstruktur, dan motivasi. Hal ini ditujukan agar siswa dapat mempersiapkan diri dan memanfaatkan kesempatan mempresentasikan informasi untuk mengasah kemampuan individual serta kerja sama tim. Ibarat kita menyuruh anak berlayar, bekali dulu dengan kemampuan navigasi, kapal layar yang kokoh, serta pelabuhan tujuan. Jangan hanya menyuruh berlayarlah, tanpa kemampuan navigasi, kapal yang compang camping, serta tanpa arah tujuan, niscaya kapal akan karam di tengah lautan.
5. Kemampuan Berfikir Kritis
Menurut Iskandar (2009: 86-87) Kemampaun berpikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep (conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan. Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman yang kita kehendaki. Sumadi Suryabrata (2002: 55) proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:
Pembentukan pengertian yaitu menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis, contohnya kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisis ciri-cirinya. Salah satu contohnya adalah menganalisis manusia dari Eropa, Indonesia, dan Cina. Tahap selanjutnya yaitu membandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama dan yang tidak sama. Langkah berikutnya, mengabstraksikan yaitu menyisihkan, membuang ciri-ciri yang tidak hakiki dan menangkap ciri-ciri yang hakiki.
Pembentukan pendapat yaitu meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalan bentuk kalimat, yang terdiri dari subyek dan predikat. Misalnya rumah itu baru, rumah adalah subyek, dan baru adalah predikat. Pendapat itu sendiri dibedakan tiga macam yaitu pendapat positif, negatif, dan kebarangkalian.
Pembentukan keputusan atau penarikan kesimpulan yaitu hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu keputusan induktif, keputusan deduktif, dan keputusan analogis. Misalkan contoh dari keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, semua logam kalau dipanaskan memuai, tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan), tembaga kalau dipanaskan memuai.
Sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-anak. Berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi membidik baik berpikir kritis maupun berpikir kreatif. Salah satu bentuk berpikir adalah berpikir kritis (critical thinking). Dalam penelitian ini menekankan kemampuan dalam hal berpikir kritis. Elaine Johnson (2002: 183) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Selanjutnya berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna (Cece Wijaya, 1996: 72).
Cece Wijaya (1996: ) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau suatu proses menganalisis, menjelaskan, mengembangkan atau menyeleksi ide, mencakup mengkategorisasikan, membandingkan dan melawankan (contrasting), menguji argumentasi dan asumsi, menyelesaikan dan mengevaluasi kesimpulan induksi dan deduksi, menentukan prioritas dan membuat pilihan. Dede Rosyada (2004: 170), kemampuan berpikir kritis tiada lain adalah kemampuan siswa dalam menghimpun berbagai informasi lalu membuat sebuah kesimpulan evaluatif dari berbagai informasi tersebut. Selanjutnya Alec Fisher (2009: 10) mendefinisikan berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.Sapriya (2011: 87) mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk dalam proses ini adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Tujuan berpikir kritis untuk menilai suatu pemikiran, menafsir nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik suatu pemikiran dan nilai tersebut. Bahkan berpikir kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat yang diketahui. Menurut Lipman dalam Elaine Johnson (2002: 144) menyatakan bahwa layaknya pertimbangan-pertimbangan ini hendaknya didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. Elaine Johnson (2002: 185) juga menyatakan bahwa tujan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam.
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, pengertian kemampuan berpikir kritismempunyai makna yaitu kekuatan berpikir yang harus dibangun pada siswa sehingga menjadi suatu watak atau kepribadian yang terpatri dalam kehidupan siswa untuk memecahkan segala persoalan hidupnya dengan cara mengidentifikasi setiap informasi yang diterimanya lalu mampu untuk mengevaluasi dan kemudian menyimpulkannya secara sistematis lalu mampu mengemukakan pendapat dengan cara yang terorganisasi.
6. Materi Himpunan
A. Pengertian Himpunan
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan jelas. Anggota himpunan disebut anggota atau elemen himpunan.
Contoh:
1. A adalah himpunan nama kota di Jawa Tengah. Anggota himpunan A adalah Purwokerto, Semarang, Kebumen, Solo, dan lain-lainnya.
2. B adalah himpunan bilangan bulat lebih dari -3. Anggota himpunan B adalah bilangan -2,-1,0,1,2,3, ...
B. Notasi Himpunan
Penulisan himpunan ditandai dengan adanya kurung kurawal {}. Penulisan himpunan berkelanjutan dituliskan menggunakan tanda titik sebanyak tiga buah (...) untuk mengganti anggota himpunan lain yang tidak dapat dituliskan satu persatu. Anggota atau elemen suatu himpunan dinyatakan dengan notasi \in
Bila bukan anggota himpunan dinyatakan dengan notasi \notin .
Misalkan A adalah suatu himpunan, maka bilangan yang menyatakan banyak anggota himpunan A disebut bilangan kardinal. Banyaknya anggota suatu himpunan A dituliskan dengan n(A).
Misalnya, himpunan A = {1,2,3,4,5,6}, maka banyaknya himpunan A atau n(A) = 6.
C. Menyatakan Suatu Himpunan
Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan tiga cara, yaitu:
1. Deskripsi
Menyatakan suatu himpunan dengan kata-kata atau hanya menyebutkan sifat keanggotaannya saja.
Contoh:
A = {nama kota yang berawalan huruf B}
B = {bilangan asli kurang dari 10}
2. Tabulasi atau Roster
Menyatakan suatu himpunan dengan mendaftar anggota-anggotanya satu persatu.
Contoh:
A ={Bandung, Bogor, Banjar}
B = {1,2,3,4,5,6,7.8.9}
3. Rule
Menyatakan suatu himpunan dengan notasi pembentuk himpunan.
Contoh:
A = \left \{ x \mid x \in nama kota yang berawalan huruf B \right \}
B = \left \{ x|x< 10,x\in \right \}
D. Himpunan Bagian
Bilangan ada bermacam-macam. Diantaranya, bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat, bilangan genap, dan lain-lain. Dalam himpunan penulisan bilangan-bilangan tersebut sebagai berikut:
Himpunan bilangan asli dilambangkan A (R). Dengan demikian, A = {1,2,3,4,5,...}
Himpunan bilangan cacah dilambangkan C. Dengan demikian, C = {0,1,2,3,4,5,...}
Himpunan bilangan bulat dilambangkan B. Dengan demikian B ={...,-2,-1,0,1,2,...}
Himpunan bilangan prima adalah bilangan yang memiliki tepat dua faktor, yaitu satu dan bilangan itu sendiri. Himpunan bilangan prima dilambangkan dengan P. Dengan demikian, P = {2,3,5,7,11,13,17,19, ...}
Himpunan bilangan genap dilambangkan G. Dengan demikian, G = {0,2,4,6,8,10, 12, ...}
E. Jenis-jenis Himpunan
Himpunan ada bermacam-macam. Misalnya, himpunan nol, himpunan kosong, himpunan berhingga, himpunan tak berhingga, himpunan sama, himpunan ekuivalen, dan himpunan semesta.
1. Himpunan Nol dan Himpunan Kosong
Himpunan nol adalah himpunan yang hanya memiliki satu anggota yaitu nol. Himpunan nol dilambangkan dengan {0}. Contoh: himpunan bilangan cacah yang anggotanya kurang dari satu, anggotanya hanya satu yaitu 0.
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota. Himpunan kosong dilambangkan {} atau \O.
Contoh:
himpunan mahluk hidup yang tidak memerlukan oksigen.
himpunan bilangan negatif lebih dari satu.
2. Himpunan Terhingga dan Tidak Terhingga
Himpunan terhingga adalah himpunan yang banyak anggotanya dapat dihitung. Contoh: himpunan bilangan cacah kurang dari 5, yaitu {0,1,2,3,4} dengan banyak anggota 5.
Himpunan tak terhingga adalah himpunan yang banyak anggotanya tidak dapat dihitung. Contoh: himpunan bilangan bulat.
3. Himpunan Sama dan Himpunan Ekuivalen.
Himpunan A dan B dikatakan himpunan sama bila setiap anggota himpunan A dan B adalah sama, dituliskan A = B.
Contoh:
C = {d,a,p,u,r}
D = {p,u,d,a,r}
Setiap anggota himpunan C merupakan anggota himpunan D, berlaku sebaliknya. Dengan demikian, himpunan C = D.
Himpunan P dan Q dikatakan ekuivalen jika banyaknya anggota P sama dengan banyaknya anggota himpunan Q atau n(P) = n(Q), dituliskan P\sim Q.
Contoh:
R = {1,2,3,4,5}, n(R) = 5
S = {a,i,u,e,o}, n(S) = 5
Karena n(R) = n(S), maka himpunan R ekuivalen dengan himpunan S atau R\sim S
4. Himpunan Semesta
Himpunan Semesta adalah himpunan yang memuat seluruh anggota himpunan yang dibicarakan. Himpunan semesta disebut juga himpunan universum, yang dilambangkan S.
Contoh:
A = {-2,-1,0,1,2}. Berarti himpunan semesta untuk A adalah S ={bilangan bulat}, atau S = {bilangan bulat kurang dari 3}
F. Himpunan bagian
Himpunan bagian disebut juga subset. Himpunan A merupakan himpunan bagian dari B, bila setiap anggota himpunan A juga merupakan anggota B. Sebaliknya, setiap anggota himpunan B belum tentu anggota himpunan A. Himpunan A merupakan himpunan bagian B dinotasikan A \subset B.
Bila n(A) merupakan banyaknya anggota himpunan A, berarti banyaknya himpunan bagian dari A adalah: 2^{n\left ( A \right )}
B. Penelitian yang Relevan
Saraswati, Yeni. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Student Facilitator and Explaining (SFAE) untuk Meningkatkan Minat Belajar
Fisika dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Singosari.
Skripsi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Pembimbing:
(I) Dr. H. Wartono, M.Pd, (II) Drs. Purbo Suwasono, M.Si.
Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif, model Student Facilitator and Explaining
(SFAE), minat belajar, prestasi belajar.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan pada
guru bidang studi fisika yang mengajar di kelas VIII B SMP Negeri 1 Singosari
peneliti mendapat informasi bahwa prestasi belajar siswa kelas VIII B masih
rendah, hal ini didasarkan pada hasil ulangan harian pada bab bunyi pada semester
2 nilai rata-rata kelas VIII B menunjukkan nilai yang masih rendah yakni sebesar
66. Peneliti juga mendapatkan informasi bahwa minat belajar siswa masih relatif
rendah, hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang dilakukan oleh guru bidang
studi fisika dalam pembelajaran terlihat bahwa guru masih menggunakan metode
ceramah, metode ini memebentuk siswa menjadi pasif. Pada saat proses belajar
mengajar siswa tampak bosan dan sering tidak memeperhatikan guru.Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi masalah tesebut yaitu dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif model student facilitator and explaining.
Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif
model student facilitator and explaining (SFAE), meningkatkan minat belajar
fisika, dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian tindakan kelas dalam
penelitian ini adalah penelitian untuk memecahkan beberapa masalah yang ada
dalam kelas yang diteliti dengan memberikan tindakan berupa model student
facilitator and explaining yang terdiri dari 2 siklus. Subyek dalam penelitian ini
siswa kelas VIII B yang berjumlah 36 siswa. Alat pengumpul data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan tes pada akhir tiap siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat belajar fisika siswa kelas VIII
B mengalami peningkatan nilai rata-rata yang cukup baik yaitu pada siklus I
sebesar 74, pada siklus II meningkat menjadi 89. Peningkatan nilai rata-rata
prestasi belajar siswa sebelum diberi tindakan sebesar 66, pada siklus I meningkat
sebesar 76, pada siklus II meningkat sebesar 87.
Keterlaksanaan pembelajaran model student facilitator and explaining
(SFAE) pada siklus I mencapai prosentase sebesar 73% dan pada siklus II
meningkat sebesar 91%.
Ilmiyah, Rosida. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa (Study Kasus Siswa Kelas X APK SMK Wisnuwardhana Malang Pada Mata Pelajaran Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi). Skripsi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. H. Heri Pratikto, M. Si, (II) Drs. Sarbini.
Berdasarkan hasil pengamatan dilokasi penelitian, hasil belajar dan keaktifan siswa cenderung menurun dikarenakan guru mata pelajaran mengaplikasikan keterampilan dasar komunikasi masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar. Sehingga siswa cenderung diam dan tidak memperhatikan guru saat mengajar karena siswa merasa tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang cenderung monoton. Dengan demikian, untuk dapat lebih meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa, perlu dilakukan variasi dalam proses belajar mengajar, misalnya dengan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa model pembelajaran, salah satunya adalah model Student Facilitator And Explaining. Melalui pembelajaran kooperatif model Student Facilitator And Explaining, siswa dilatih bekerjasama, saling mendengarkan pendapat teman dan bertanggung jawab menunjukkan penguasaanya terhadap materi yang ditugaskan oleh guru.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pembelajaran model Student Facilitator And Explaining yang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan subyek penelitian siswa kelas X APK SMK Wisnuwardhana Malang. Data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara, tes, angket, catatan lapangan, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: 1)Reduksi data, 2)Penyajian data, dan 3)Penyimpulan hasil analisis. Tujuan penelitian ini adalah, untuk mendiskripsikan penerapan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining, untuk mengetahui model pembelajaran Student Facilitator And Explaining dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, untuk mengetahui respon siswa kelas X APK SMK Wisnuwardhana Malang terhadap proses pembelajaran Student Facilitator And Explaining.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) penerapan model Student Facilitator And Explaining meliputi, pertama siswa dibentuk kedalam kelompok-kelompok, kedua siswa diberi sub materi yang akan didiskusikan dalam kelompok, ketiga tiap-tiap kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil diskusi, yang keempat guru menerangkan kembali materi yang belum dipahami siswa, 2) penerapan model Student Facilitator And Explaining terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. Perbandingan nilai awal siswa dengan nilai posttest 1 dan posttest 2 adalah 52,81 mengalami peningkatan sebesar 19,8 menjadi 72,6, 3) Untuk data aktivitas siswa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yaitu rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 70,36% pada tingkat baik menjadi 84% pada siklus II, 4) Sedangkan dari data respon siswa dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa lebih senang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif khususnya model Student Facilitator And Explaining, dan siswa lebih mudah memahami materi dengan menggunakan model Student Facilitator And Explaining, sehingga berdampak positif bagi peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa.
Saran yang direkomendasikan terkait dengan hasil penelitian ini adalah gunakan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, guru dihimbau untuk mengajak siswa mengadakan diskusi kelompok, dan sediakan modul khusus untuk menunjang proses belajar. Bagi siswa, belajar yang rajin jangan hanya mengandalkan guru sebagai sumber belajar. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya model ini dikembangkan lagi dan tidak hanya dalam mata pelajaran mengaplikasikan keterampilan dasar komunikasi tetapi di mata pelajaran yang lain juga, pemberian motivasi untuk siswa harus lebih ditingkatkan agar siswa lebih antusias dalam belajar.
C. Kerangka Berfikir
Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa mempunyai kemapuan berfikir kritis dan kemapuan pemahaman konsep matematika mellau kegiatan presentasi dalam belajar di kelas selalu bergantung pada seetingan guru.Penerapan model pembelajaran student facilitator and eksplaining lebih mendorong kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa.
Kerangaka penelitian tindakan kelas digambarkan sebagai berikut:
.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir
1. Penerapan model pembelajaran student fasilitator and explaining melalui kegiatan presentasi dapat meningkatkan kemampuan matematis siswa pada materi himpunan di kelas 7 SMP Negeri 42 Bandung
2. Penerapan model pembelajaran student fasilitator and explaining dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa pada materi Himpunan di kleas 7 SMP Negeri 42 Bandung
E. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan pemahaman matematika dan berfikir kritis pada siswa kelas 7 SMP Negeri 42 Bandung. Peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa dilihat dari aktivitas belajar selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sedangkan peningkatan pemahaman matematika siswa dilihat dari hasil tes siswa melalui penerapan metode pembelajaran dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu dengan nilai ketuntasan 70.
VIII. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 42 Bandung pada semester Ganjil 2016. Dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas 7 SMP Negeri 42 Bandung
B. Subjek & Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 7 SMP Negeri 42 Bandung, yaitu 36 siswa yang terdiri dari 18 siswa putri dan 18 siswa putra. Dan obyek penelitian ini adalah penerapan
model pembelajaran student fasilitator and explaining
C. Desain Penelitian
.jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif. Dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti (Suharsimi Arikunto, 2002:17).
1. Perencanaan (plan)
2. Tindakan (act)
3. Pengamatan (observe)
4. Refleksi (reflect).
Dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Siklus dihentikan apabila kondisi kelas sudah stabil dalam hal ini guru sudah mampu menguasai keterampilan belajar yang baru dan siswa terbiasa dengan Metode Projek dalam pembelajaran serta data yang ditampilkan di kelas sudah jenuh dalam arti sudah ada peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa (Rochiati Wiriaatmadja, 2005:103). Alur penelitiannya adalah:
D. Tahapan Penelitian
1. Tahapan Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, hand out, lembar kerja siswa, lembar observasi keaktifan, lembar angket respon siswa, lembar observasi pelaksanaan model pembelajaran student fasilitator and explaining dan pedoman wawancara yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam tiga kali pertemuan.
Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran student fasilitator end explaining Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran matematika kelas 7 Materi yang akan diberikan adalah materi himpunan . Adapun tindakan yang dilakukan pada tiap siklus yaitu:
Pendahuluan
Guru menyampaikan presentasi kelas dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa dalam mempelajari materi Himpunan
.
2) Kegiatan Inti
a). Siswa belajar dalam kelompok
b). Guru memberi kesempatan untuk duduk du depan bersama
Anggota kelompok nya sebagai pemberi materi dan menjelaskan
Nya secara singkat
c). Siswa mengerjakan memberikan pertanyaan secara kelompok
d). Pembahasan pertanyaan konfirmasi kolaborasi &komunikasi
e). Pemberian Penghargaan Kelompok
3). Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah berhasil
kriteria keberhasilan tertentu.
c.. Observasi
Dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar catatan lapangan. Hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dan aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan pembelajaran.
d.. Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan
pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus kedua dan seterusnya.
2. Tahapan penelitian siklus II dan siklus III
Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Sedangkan kegiatan pada siklus III dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Tahapan tindakan siklus II dan siklus III mengikuti tahapan tindakan siklus I
E. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang di gunakan adalah :
Observasi
Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi keaktifan siswa dan obsevasi pelaksanaan pembelajaran metode projek. Observasi keaktifan siswa difokuskan pada pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada materi persamaan Eksponen . Sedangkan observasi pelaksanaan pembelajaran difokuskan pada aktivitas guru maupun siswa selama proses pembelajaran. Dan pengamatan yang belum terdapat pada pedoman observasi dituliskan pada lembar catatan lapangan.
2. Angket
Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk mengetahui respon
siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran student facilitator end explaining
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan siswa mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan student facilitator end explaining
4. Test
Test Digunakan berupa test untuk individu yang fungsinya untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa setelah mempelajari materi himpunan dengan menggunakan student facilitator end explaining
5. Dokumentasi
.Dokumentasi diperoleh dari hasil kuis siswa, lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, daftar kelompok siswa, dan foto-foto selama proses pembelajaran.
F. Instrumen penelitian
peneliti
Peneliti merupakan instrumen karena peneliti sekaligus sebagai perencana,
pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi
pelapor penelitiannya (Lexy J. Moleong 2007: 168)
2. Lembar observasi
Dalam penelitian ini digunakan dua lembar observasi yaitu lembar observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas dan lembar keaktifan siswa. Lembar observasi pelaksanaan model pembelajaran studen facilitator end explaining digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran student fasilitator end explaining Sedangkan lembar observasi keaktifan siswa digunakan pada setiap pembelajaran sehingga kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian.
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui respon atau tanggapan guru dan siswa mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan Metode Projek.
4. Angket
Angket yang akan digunakan adalah angket tertutup dengan alternatif jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.
5. Test
Dalam model pembelajaran student facilitator end explaining
digunakan pre test, post test, dan
kuis individu. Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana prestasi siswa mengenai materi persamaan himpunan dengan penerapan student facilitator end explaining
6. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran, daftar nilai siswa, daftar kelompok, dokumen guru mengenai
nilai siswa semester ganjil, dan foto-foto selama proses pembelajaran.
7. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang hasil pengamatan di kelas yang tidak terdapat di lembar observasi. Dalam penelitian ini catatan lapangan digunakan untuk mengamati hal-hal yang terjadi selama penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining
G. Tehnik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah reduksi data yaitu kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami. Hal ini dilakukan secara bertahap kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi. Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian digunakan triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2005:83).
1. Analisis Data
Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui keaktifan siswa yang berpedoman pada lembar observasi keaktifan siswa. Penilaian dilihat dari hasil skor pada lembar observasi yang digunakan. Persentase diperoleh dari skor pada lembar observasi dikualifikasikan untuk menentukan seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus persentase diperoleh dari rata-rata persentase keaktifan siswa pada tiap pertemuan. Hasil data observasi ini dianalisis dengan pedoman kriteria sebagai berikut:
Peneliti menggunakan kriteria tersebut karena dalam lembar observasi terdapat empat kriteria penilaian, sehingga terdapat empat kriteria keaktifan. Cara menghitung persentase keaktifan siswa (Sugiyono, 2001:81) berdasarkan lembar observasi untuk tiap pertemuan adalah sebagai berikut:
. 2. Analisis Angket Respon Siswa
Angket respon siswa terdiri dari 14 butir pertanyaan dengan rincian 12 butir pertanyaan positif (+) ada 2 butir pertanyaan negatif (-). Penskoran angket untuk butir (+) adalah 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2 untuk jawaban kadang-kadang dan 1 untuk jawaban tidak pernah. Untuk butir (-) adalah skor 1 untuk jawaban selalu, 2 untuk jawaban sering, 3 untuk jawaban kadang-kadang dan 4 untuk jawaban tidak pernah. Data hasil angket dibuat kualifikasi dengan kriteria sebagai berikut
Peneliti menggunakan kriteria tersebut karena dalam angket respon terdapat empat pilihan jawaban sehingga terdapat empat kriteria respon. Cara menghitung persentase angket respon menurut Sugiyono (2001:81) adalah sebagai berikut:
Persentase = Jumlah skor hasil pemgumpulan data X 100%
Jumlah skor bila setiap butir mendapat skor tertinggi
3. Analisis Hasil Belajar Siswa
Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan siswa, nilai individu,
skor kelompok dan penghargaan kelompok.
a . Peningkatan ketuntasan mengikuti ketentuan sekolah bahwa ”siswa dinyatakan lulus
dalam setiap tes jika nilai yang diperoleh ≥ 60 dengan nilai maksimal 100”. Maka dalam penelitian ini juga menggunakan ketentuan yang ditetapkan sekolah, untuk menentukan persen (%) ketuntasan siswa dengan menggunakan perhitungan persen (%) ketuntasan yaitu sebagai berikut:
Persen (%) ketuntasan : Jumlah siswa tuntas × 100%
Jumlah siswa
Peningkatan prestasi siswa juga dilihat dari hasil belajar jangka pendeknya yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai rata-rata tes pada setiap siklus. Dari data perolehan
b. Peningkatan prestasi siswa juga dilihat dari hasil belajar jangka pendeknya yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai rata-rata tes pada setiap siklus. Dari data perolehan scor untuk setiap tes, rata-rata nilai siswa dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
dengan x = Nilai siswa ; n = Jumlah siswa.
c. Peningkatan nilai individu siswa diperoleh dengan membandingkan skor dasar siswa (rata-rata nilai tes siswa sebelumnya) dengan nilai kuis sekarang. Aturan pemberian skor peningkatan individu mengikuti aturan dalam Slavin (1995:80) seperti pada halaman 10.
d.. Perolehan penghargaan kelompok dengan melihat jumlah rata-rata skor tiap kelompok. Aturan perolehan penghargaan kelompok mengikuti aturan dalam Mohamad Nur (2005:36)
IX. PERSONALIA PENELITIAN
Nama : LILIS KARTIKA
Tempat / Tanggal Lahir : BANDUNG, 28 Desember 1967
Alamat : jl Pasir Luyu PURI NUSANTARA 37
Bandung
Unit Kerja : SMP NEGERI 42 BANDUNG
Jabatan : Guru
Tujuan Personalia : Untuk memperbaiki pembelajaran pada mata pelajaran matematika khususnya pada bab HIMPUNAN.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono. 2005. Psikologi Pendididkan, Jakarta: Rineka Cipta.
Lexy J Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moh User Usman,. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rully Indrawan,2014. Metodologi Penelitian . Bandung: PT Reflika aditama
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 2003. Kurikulun dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Ponco Sujatmiko. 2005. Matematika Kreatif: Konsep dan Terapannya. Yogyakarta:Tiga Serangkai .
Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rochiati Wiriaatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Saifudin Azwar. 1998. Tes Prestasi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharsimi Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Milan riyanto.2006. Pendekatan strategi dan metode pembelajaran. Jakarta. Departemen pendidikan Nasional.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pengertian-model-pembelajaran-student.html#ixzz3xET7vqcD
Sabandar, J. 2005. Pendekatan Konflik Kognitif pada Pembelajaran Matematika dalam Upaya Meng- embangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional, FMIPA UNPAD, 27 Agustus
Tugas mata kuliah ;Prof Surya
PENELITIAN LAPANGAN
Tugas dari Proffesor Surya
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Lilis Kartika
NPM : 158060006
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016
JUDUL:PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII SMP NEGERI 42 BANDUNG TAHUN AJARAN 2015/2016
LATAR BELAKANG
pengajaran konvensional saat ini memicu banyak masalah dan menjadi salah satu kendala dalam mencapai keberhasilan pembelajaran matematika saat ini, hanya siswa yang rajin yang pandai menyimak saja yang mempunyai keberhasilan dalam pembelajarn matematika . Siswa lain yang tidak pandai menyimak tidak pandai menyerap akan jauh tertinggal dengan siswa yang mempunyai kelebihan bisa menyerap pelajaran dengan baik. Hal ini menjadi suatu dilema bagi guru satu sisi dengan pembelajaran konvensional materi banyak yang dapat tersampaikan sisi lain bagi siswa yang kurang dalam menyerap materi pembelajaran akan jauh tertinggal dengan teman teman nya. Hal ini memotivasi saya untuk dapat meneliti sejauh mana keberhasilan PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR END EXPLAINING DAPAT MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATERI POKOK HIMPUNAN DI KELAS VII-3 SMP NEGERI 42 BANDUNG TAHUN PELAJARAN 206/2017
MASALAH/PERTANYAAN PENELITIAN
Pedoman Wawancara Guru
1. Menggunakan apakah dalam pembelajaran matematika di kelas?
2. Bagaimana keefektifan nya terhadap pembelajaran matematika?
3. Bagaimana kesesuaian nya pada setiap materi matematika yang diajarkan di SMP?
4. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam menerapkan nya?
5. Apa saja kendala nya?
6. Bagaimana kesesuaian langkah-langkah nya pada RPP .?
7. Apakah buku paket atau bahan ajar yang digunakan ?
8. Bagaimana pengaruh nya terhadap siswa dalam penguasaan materi matematika ?
9. Apakah bapak/ibu menggunakan metode atau model pembelajaan lain? jika iya, pendekatan pembelajaran apa yang digunakan?
10. Bagaimana kaitan nya dengan kurikulum yang saat ini digunakan?
LANDASAN KONSEPTUAL
Menurut Hintzman belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia (Muhibbin Syah, 2005:90). Kegiatan belajar merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Jadi perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi prilaku dalam kehidupan sehari-hari sampai batas tertentu.
Menurut Oemar Hamalik (2003:50) terdapat unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar diantaranya: 1) motivasi siswa, 2) bahan belajar, 3) alat bantu belajar, 4) suasana belajar, 5) kondisi subjek yang belajar. Kelima unsur inilah yang bersifat dinamis yang sering berubah, menguat atau melemah dan mempengaruhi proses belajar siswa. Proses belajar pada hakekatnya merupakan perubahan dalam tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu yang berulang-ulang berdasarkan keadaan seseorang.
Menurut peneliti perbuatan belajar adalah suatu perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru yang mempengaruhi tingkah laku siswa dalam situasi tertentu yang berulang-ulang. Setiap perbuatan belajar mengandung beberapa unsur yang bersifat dinamis (berubah-ubah) dalam arti dapat menjadi lebih kuat atau melemah. Kedinamisan ini dipengaruhi oleh kondisi yang ada dalam diri siswa dan yang ada diluar diri siswa yang tentu pula ada pengaruhnya terhadap kegiatan belajar siswa.
2. Arti Model Pembelajaran
diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.
Ciri-ciri Model Pembelajaran
Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah :
Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
Tingkah laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat dilaksanakandengan berhasil.
Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
ada lima model pemblajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi; dan learning strategi.
Memilih Model Pembelajaran Yang Baik
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajara dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.
Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
Pendapat serupa dikemukakan oleh Colin Marsh (1996 : 10) yang menyatakan bahwa guru harus memiliki kompetensi mengajar, memotivasi peserta didik, membuat model instruksional, mengelola kelas, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasi. Semua kompetensi tersebut mendukung keberhasilan guru dalam mengajar.
Setiap guru harus memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang menyangkut perbaikan kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar peserta didiknya.
3. Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran pada siswa yang berkelompok di depan kelas.
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Siswa yang di beri tugas materi perkelompok yang menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining:
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
2. Banyak siswa yang kurang aktif
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkap apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan maka siswa akan lebih bisa mengerti dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide, selain itu juga dapat mengajak peserta didik mandiri dalam mengembangkan potensi mengungkapkan gagasan berpendapat.
4. Keaktifan Siswa
Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:19) berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Keaktifan siswa dalam belajar matematika tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran.
Menurut Moh User Usman (2002:26) cara yang dapat dilakukan guru untuk memperbaiki keterlibatan siswa antara lain sebagai berikut:
a. Tingkatkan persepsi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang
membuat respon yang aktif dari siswa
b. Masa transisi antara kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara cepat dan
luwes
c. Berikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan
dicapai
d. Usahakan agar pengajaran dapat lebih memacu minat siswa.
Menurut Lidgren (Moh User Usman, 2002:24) terdapat empat jenis interaksi
dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya sebagai berikut:
Komunikasi satu arah (gambar 1.a) merupakan komunikasi yang hanya dilakukan
oleh guru terhadap siswa, sementara siswa hanya pasif sebatas mendengarkan
Gambar 1. Interaksi Kegiatan Belajar
komunikasi dari guru. Komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa, tetapi tidak ada interaksi antar siswa. Interaksi yang terjadi hanya antara guru dan siswa selama pembelajaran (gambar 1.b). Komunikasi dari guru sudah mendapat respon balik dari siswa dan ada interaksi diantara siswa, tetapi belum keseluruhan siswa yang melakukan interaksi baik dengan guru maupun siswa lainnya (gambar 1.c). Komunikasi sudah berjalan baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Dalam hal ini interaksi sudah optimal selama proses pembelajaran (gambar 1.d).
Jenis-jenis interaksi pembelajaran diatas menunjukkan derajat keaktifan siswa. Anak panah menunjukkan arah komunikasi sehingga semakin banyak ruas garis berarah menunjukkan semakin tinggi interaksi siswa. Interaksi lebih tinggi ini diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan siswa terlihat dari merespon pertanyaan atau perintah dari guru, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat, dan aktif mengerjakan soal yang diberikan guru.
5. Prestasi Belajar
Belajar merupakan salah satu dasar untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang disampaikan guru dapat diterima dan dipahami sehingga prestasi belajar.siswa dapat diketahui dari hasil tes yang diberikan. Menurut Saifudin Azwar (1998:45) prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan dan dikerjakan secara optimal.
Menurut Dalyono (2005:55) ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, dan motivasi, sedangkan faktor ekstern meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yaitu kecerdasan, minat, motivasi dan kemampuan kognitif sedangkan faktor dari lingkungan keluarga yaitu tingkat pendidikan orang tua dan jumlah anggota orang tua.
Prestasi belajar siswa merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah belajar dan mengerjakan secara optimal yang diperoleh dari hasil tes individu. Perbedaan kemampuan belajar siswa berpengaruh pada prestasi belajar yang dicapai dari setiap siswa karena faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa juga berbeda-beda.
6. Materi Himpunan
A. Pengertian Himpunan
Himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang dapat didefinisikan dengan jelas. Anggota himpunan disebut anggota atau elemen himpunan.
Contoh:
1. A adalah himpunan nama kota di Jawa Tengah. Anggota himpunan A adalah Purwokerto, Semarang, Kebumen, Solo, dan lain-lainnya.
2. B adalah himpunan bilangan bulat lebih dari -3. Anggota himpunan B adalah bilangan -2,-1,0,1,2,3, ...
B. Notasi Himpunan
Penulisan himpunan ditandai dengan adanya kurung kurawal {}. Penulisan himpunan berkelanjutan dituliskan menggunakan tanda titik sebanyak tiga buah (...) untuk mengganti anggota himpunan lain yang tidak dapat dituliskan satu persatu. Anggota atau elemen suatu himpunan dinyatakan dengan notasi \in
Bila bukan anggota himpunan dinyatakan dengan notasi \notin .
Misalkan A adalah suatu himpunan, maka bilangan yang menyatakan banyak anggota himpunan A disebut bilangan kardinal. Banyaknya anggota suatu himpunan A dituliskan dengan n(A).
Misalnya, himpunan A = {1,2,3,4,5,6}, maka banyaknya himpunan A atau n(A) = 6.
C. Menyatakan Suatu Himpunan
Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan tiga cara, yaitu:
1. Deskripsi
Menyatakan suatu himpunan dengan kata-kata atau hanya menyebutkan sifat keanggotaannya saja.
Contoh:
A = {nama kota yang berawalan huruf B}
B = {bilangan asli kurang dari 10}
2. Tabulasi atau Roster
Menyatakan suatu himpunan dengan mendaftar anggota-anggotanya satu persatu.
Contoh:
A ={Bandung, Bogor, Banjar}
B = {1,2,3,4,5,6,7.8.9}
3. Rule
Menyatakan suatu himpunan dengan notasi pembentuk himpunan.
Contoh:
A = \left \{ x \mid x \in nama kota yang berawalan huruf B \right \}
B = \left \{ x|x< 10,x\in \right \}
D. Himpunan Bagian
Bilangan ada bermacam-macam. Diantaranya, bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat, bilangan genap, dan lain-lain. Dalam himpunan penulisan bilangan-bilangan tersebut sebagai berikut:
Himpunan bilangan asli dilambangkan A (R). Dengan demikian, A = {1,2,3,4,5,...}
Himpunan bilangan cacah dilambangkan C. Dengan demikian, C = {0,1,2,3,4,5,...}
Himpunan bilangan bulat dilambangkan B. Dengan demikian B ={...,-2,-1,0,1,2,...}
Himpunan bilangan prima adalah bilangan yang memiliki tepat dua faktor, yaitu satu dan bilangan itu sendiri. Himpunan bilangan prima dilambangkan dengan P. Dengan demikian, P = {2,3,5,7,11,13,17,19, ...}
Himpunan bilangan genap dilambangkan G. Dengan demikian, G = {0,2,4,6,8,10, 12, ...}
E. Jenis-jenis Himpunan
Himpunan ada bermacam-macam. Misalnya, himpunan nol, himpunan kosong, himpunan berhingga, himpunan tak berhingga, himpunan sama, himpunan ekuivalen, dan himpunan semesta.
1. Himpunan Nol dan Himpunan Kosong
Himpunan nol adalah himpunan yang hanya memiliki satu anggota yaitu nol. Himpunan nol dilambangkan dengan {0}. Contoh: himpunan bilangan cacah yang anggotanya kurang dari satu, anggotanya hanya satu yaitu 0.
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota. Himpunan kosong dilambangkan {} atau \O.
Contoh:
himpunan mahluk hidup yang tidak memerlukan oksigen.
himpunan bilangan negatif lebih dari satu.
2. Himpunan Terhingga dan Tidak Terhingga
Himpunan terhingga adalah himpunan yang banyak anggotanya dapat dihitung. Contoh: himpunan bilangan cacah kurang dari 5, yaitu {0,1,2,3,4} dengan banyak anggota 5.
Himpunan tak terhingga adalah himpunan yang banyak anggotanya tidak dapat dihitung. Contoh: himpunan bilangan bulat.
3. Himpunan Sama dan Himpunan Ekuivalen.
Himpunan A dan B dikatakan himpunan sama bila setiap anggota himpunan A dan B adalah sama, dituliskan A = B.
Contoh:
C = {d,a,p,u,r}
D = {p,u,d,a,r}
Setiap anggota himpunan C merupakan anggota himpunan D, berlaku sebaliknya. Dengan demikian, himpunan C = D.
Himpunan P dan Q dikatakan ekuivalen jika banyaknya anggota P sama dengan banyaknya anggota himpunan Q atau n(P) = n(Q), dituliskan P\sim Q.
Contoh:
R = {1,2,3,4,5}, n(R) = 5
S = {a,i,u,e,o}, n(S) = 5
Karena n(R) = n(S), maka himpunan R ekuivalen dengan himpunan S atau R\sim S
4. Himpunan Semesta
Himpunan Semesta adalah himpunan yang memuat seluruh anggota himpunan yang dibicarakan. Himpunan semesta disebut juga himpunan universum, yang dilambangkan S.
Contoh:
A = {-2,-1,0,1,2}. Berarti himpunan semesta untuk A adalah S ={bilangan bulat}, atau S = {bilangan bulat kurang dari 3}
F. Himpunan bagian
Himpunan bagian disebut juga subset. Himpunan A merupakan himpunan bagian dari B, bila setiap anggota himpunan A juga merupakan anggota B. Sebaliknya, setiap anggota himpunan B belum tentu anggota himpunan A. Himpunan A merupakan himpunan bagian B dinotasikan A \subset B.
Bila n(A) merupakan banyaknya anggota himpunan A, berarti banyaknya himpunan bagian dari A adalah: 2^{n\left ( A \right )}
METODE:
- DISAIN PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 42 Bandung pada semester Genap bulan Januari 2015 sampai bukan maret 2015. Dengan menyesuaikan jam pelajaran matematika kelas 7-3 SMP Negeri 42 Bandung
B. Subjek & Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 7-3 SMP Negeri 42 Bandung, yaitu 4o siswa yang terdiri dari 22 siswa putri dan 18 siswa putra. Dan obyek penelitian ini adalah penerapan
model pembelajaran student fasilitator end explaining
C. Desain Penelitian
.jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif. Dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti (Suharsimi Arikunto, 2002:17).
1. Perencanaan (plan)
2. Tindakan (act)
3. Pengamatan (observe)
4. Refleksi (reflect).
Dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Siklus dihentikan apabila kondisi kelas sudah stabil dalam hal ini guru sudah mampu menguasai keterampilan belajar yang baru dan siswa terbiasa dengan Metode Projek dalam pembelajaran serta data yang ditampilkan di kelas sudah jenuh dalam arti sudah ada peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa (Rochiati Wiriaatmadja, 2005:103). Alur penelitiannya adalah:
D. Tahapan Penelitian
1. Tahapan Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, hand out, lembar kerja siswa, lembar observasi keaktifan, lembar angket respon siswa, lembar observasi pelaksanaan model pembelajaran student fasilitator end explaining dan pedoman wawancara yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
B. Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam tiga kali pertemuan.
Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran student fasilitator end explaining Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran matematika kelas 7-7 Materi yang akan diberikan adalah materi himpunan . Adapun tindakan yang dilakukan pada tiap siklus yaitu:
Pendahuluan
Guru menyampaikan presentasi kelas dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa dalam mempelajari materi Himpunan
.
2) Kegiatan Inti
a). Siswa belajar dalam kelompok
b). Guru memberi kesempatan untuk duduk du depan bersama
Anggota kelompok nya sebagai pemberi materi dan menjelaskan
Nya secara singkat
c). Siswa mengerjakan memberikan pertanyaan secara kelompok
d). Pembahasan pertanyaan konfirmasi kolaborasi &komunikasi
e). Pemberian Penghargaan Kelompok
3). Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah berhasil
kriteria keberhasilan tertentu.
C. Observasi
Dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar catatan lapangan. Hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dan aktivitas guru maupun siswa selama pelaksanaan pembelajaran.
D. Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan
pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus kedua dan seterusnya.
2. Tahapan penelitian siklus II dan siklus III
Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan
terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Sedangkan kegiatan pada siklus III dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Tahapan tindakan siklus II dan siklus III mengikuti tahapan tindakan siklus I
- DATA YANG DIKUMPULKAN
- POPULASI & SAMPEL
- ALAT PENGUMPUL DATA
- PENGOLAHAN DATA
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN RELOMENDASI
KEPUSTAKAAN
Langganan:
Postingan (Atom)